Realitanyanews — Presiden Joko Widodo memimpin sidang kabinet paripurna perdana di Ibu Kota Nusantara (IKN). Dia memanggil seluruh menteri untuk membahas sejumlah isu krusial.
Saat membuka rapat, Jokowi membahas progres pembangunan IKN. Dia menyanjung kualitas udara di ibu kota baru. Menurutnya, tak semua negara punya kualitas sebaik ini.
Lalu dia pun mengumumkan investasi dengan total Rp56,2 triliun yang sudah masuk IKN.
Selain itu, Jokowi juga membahas sejumlah isu nasional. Salah satunya penurunan purchasing manager index (PMI).
Berikut pidato lengkap Jokowi dalam sidang kabinet perdana di IKN:
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT pada pagi hari ini kita bisa melakukan sidang paripurna yang istimewa karena dilaksanakan pertama kali di Ibu Kota Negara Nusantara.
IKN adalah sebuah kanvas yang mengukir masa depan dan tak semua orang, tak semua negara dan tak semua negara memiliki kesempatan memiliki kemampuan untuk membangun ibu kotanya yang dimulai betul-betul dari nol.
Nusantara dibangun dengan konsep forest City, kota hutan kota yang penuh dengan hijauan, bukan kota beton atau bukan kota kaca. Juga smart city, kota yang ditopang dengan teknologi dalam setiap aktivitas kotanya dan juga livable city, kota yang nyaman ditinggalinya.
Kita merasakan pagi tadi betapa sangat sejuk dingin dan segar pada pagi hari ini karena air quality index-nya memang sangat rendah sekali, yaitu di angka 6. Padahal, maksimalnya di angka 50. Dan hampir banyak kota sekarang ini sudah di atas 50.
Kepindahan ke Ibu Kota Nusantara ini juga sudah sering saya sampaikan bukan pindah fisiknya yang penting, tetapi pindah pola pikir kita, pindah mindset kita, pindah pola kerja. Kita bisa bekerja dari mana saja.
Juga pindah mobilitasnya, mobilitas di Ibu Kota Nusantara semuanya memakai kendaraan yang kendaraan listrik dan juga energinya memakai energi hijau. Bangunannya pun juga bangunan di sini semuanya diarahkan ke green building dan aksesibilitasnya juga diprioritaskan untuk pejalan kaki dan yang naik sepeda.
Ekonomi yang akan dikembangkan di Ibu Kota Nusantara juga ekonomi hijau, ekonomi digital yang akan mengiringi pemerintahan di Ibu Kota Nusantara. Sekali lagi, ekonomi hijau, ekonomi digital, data center, financial center dan yang lain-lainnya.
Kalau ditanyakan keuntungannya apa yang didapatkan oleh masyarakat di Kalimantan khususnya di Kalimantan Timur, saya kira ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan dan lebih khusus lagi Kabupaten Paser Penajam Utara.
Dan kalau kita tahu salah satu alasan kenapa ibu kota pindah karena kita ingin pemerataan, karena kita tahu 58 persen GDP (gross domestic product) ekonomi itu ada di Jawa sehingga kita ingin memeratakan untuk juga keluar Jawa mendapatkan perputaran ekonominya.
Kemudian populasi, populasi di Jawa juga bebannya sudah sangat besar sekali, 56 persen populasi itu ada di pulau Jawa. Ini yang juga menjadi sebuah pertimbangan bagi kita untuk memindahkan ibu kota, dan utamanya memang beban di ibu kota Jakarta memang sudah sangat padat sekali.
Dan per hari ini perlu juga saya sampaikan bahwa sudah di luar anggaran dari APBN investasi yang masuk sudah Rp56,2 triliun dari 55 yang sudah ground breaking. Pendidikan ada 6, kesehatan ada 2, ritel dan logistik ada 10, hotel ada 8, energi dan transport ada 2, kantor dan perbankan ada 14, hunian dan area hijau ada 9, media dan teknologi ada 3.
Yang kedua yang ingin saya sampaikan pada sidang paripurna pada pagi hari ini yang berkaitan dengan PMI, purchasing manager index yang kita tahu setelah ekspansif selama 34 bulan berturut-turut, pada bulan Juli kita masuk ke level kontraksi.
Ini agar dilihat betul diwaspadai betul secara hati-hati karena beberapa negara di Asia PMI-nya juga berada di angka di bawah 50, yaitu Jepang 49,2, Indonesia 49,3, RRT 49,8, Malaysia 49,7. Dan komponen yang mengalami penurunan paling banyak itu di sektor produksi, yaitu minus 2,6.
Kemudian pesanan baru atau order baru minus 1,7 dan employment minus 1,4. Saya ingin dicari betul penyebab utamanya dan segera diantisipasi karena penurunan PMI ini saya lihat sudah terjadi sejak 4 bulan terakhir. Betul-betul dilihat kenapa permintaan domestik melemah, bisa karena beban impor bahan baku yang tinggi karena fluktuasi rupiah atau adanya juga serangan produk-produk impor yang masuk ke dalam negara kita.
Sehingga penting belanja produk lokal. Sekali lagi saya tekankan kemudian penggunaan bahan baku lokal dan juga perlindungan terhadap industri dalam negeri kita, dan mungkin juga karena permintaan dari ekspor atau dari luar negeri melemah ini karena terjadi gangguan rantai pasok atau perlambatan ekonomi terhadap mitra-mitra dagang utama kita. Sehingga kita harus bisa mencari pasar nontradisional dan mencari potensi pasar baru ekspor kita. Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang berbahagia ini silakan kalau ada yang ingin disampaikan. Terima kasih.