Beranda Nasional Tom Byer Bongkar Bobroknya Sepak Bola Indonesia: ‘Politiknya Melelahkan!

Tom Byer Bongkar Bobroknya Sepak Bola Indonesia: ‘Politiknya Melelahkan!

Tom Byer Ungkap Kendala Pembinaan Sepak Bola Indonesia

Realitanyanews, JAKARTA – Nama Tom Byer mendadak menjadi sorotan publik setelah cuitannya mengenai kendala pembinaan sepak bola di Indonesia viral di media sosial, khususnya platform X (sebelumnya Twitter). Pelatih asal Amerika Serikat itu menyinggung pengaruh politik sebagai faktor utama penghambat kemajuan sepak bola nasional, memicu diskusi luas di kalangan netizen.

Dalam unggahan di akun X miliknya, @tomsan106, pada 11 Juni 2025, Byer merespons sebuah postingan yang menyebut dirinya sebagai tokoh penting dalam pembinaan sepak bola usia muda di Jepang. Ia menanggapi dengan membagikan pengalamannya ketika mencoba melatih anak-anak di Indonesia.

“Saya sudah mencoba di Indonesia, tetapi politiknya terlalu melelahkan. Indonesia seharusnya menjadi Brasil di Asia Tenggara,” tulis Byer dalam cuitan yang telah dilihat lebih dari 323.000 kali.

Pernyataan tersebut sontak memancing reaksi dari berbagai kalangan. Sejumlah pengguna X menyatakan setuju, menyoroti betapa kuatnya intervensi politik dalam pengelolaan sepak bola Indonesia.

“Sahih, di sepak bola Indonesia, politik lebih diutamakan ketimbang prestasi. Kasus stadion JIS adalah contoh nyata,” tulis akun @kangsemproel.

Sementara itu, akun @em80112 mengangkat pertanyaan reflektif: “Apakah pembinaan futsal bisa diterapkan di sepak bola untuk hasil seperti Timnas Futsal?”

Siapa Tom Byer?

Tom Byer bukan nama asing di dunia pembinaan sepak bola usia muda. Lahir pada 21 November 1960 di New York, Byer dikenal luas sebagai pelatih spesialis teknik dasar sepak bola anak-anak. Meski tidak pernah bermain di level profesional tertinggi, ia memiliki pengaruh besar dalam sistem pembinaan di Jepang.

Byer pernah menjadi mentor bagi sejumlah pemain top seperti Shinji Kagawa dan Aya Miyama, serta dikenal melalui bukunya, Football Starts at Home, yang menekankan pentingnya pelatihan teknis sejak usia dini. Ia juga menjadi pembawa acara sepak bola anak-anak di Jepang selama 13 tahun lewat program Oha Suta.

Pada 2012, ia sempat bekerja sama dengan federasi sepak bola Indonesia untuk persiapan Piala Dunia U-17 2017. Namun, upayanya terbentur masalah klasik: politik internal. Dalam wawancaranya terdahulu, Byer menyebut pengalamannya di Indonesia sebagai “melelahkan.”

Kritik Terhadap Investasi Asing

Bukan kali pertama Byer melontarkan kritik pedas. Pada 2012, ia pernah menyindir keputusan Erick Thohir membeli saham mayoritas klub DC United. Menurutnya, dana besar seperti itu seharusnya dialokasikan untuk pengembangan pemain muda dalam negeri.

“Hanya dengan 1/10 dari investasi untuk DC United, Indonesia bisa lolos ke Piala Dunia U-17,” ujar Byer saat itu.

Ia juga menyoroti langkah serupa oleh pengusaha Malaysia, Tony Fernandez, yang berinvestasi di klub Inggris QPR. Menurutnya, fokus seharusnya pada pembinaan, bukan hanya pada klub luar negeri.

Potensi Besar, Tapi Tertahan Sistem

Cuitan Byer kembali mengangkat isu lama: bagaimana tata kelola sepak bola Indonesia sering kali dibayangi oleh kepentingan politik. Dari pengelolaan stadion hingga ketidakseriusan dalam investasi akademi, prestasi sering kali dikorbankan.

Meski begitu, Byer masih percaya bahwa Indonesia punya potensi besar. Ia bahkan menyebut Indonesia seharusnya bisa menjadi “Brasil-nya Asia Tenggara.” Namun, menurutnya, hal itu hanya bisa tercapai jika ada reformasi menyeluruh dalam sistem pembinaan usia muda dan pengurangan intervensi politik.

Apa Solusinya?

Diskusi di media sosial pun berkembang, mulai dari pendekatan teknis pembinaan hingga struktur manajemen federasi. Sebagian netizen menyarankan pendekatan seperti yang digunakan di futsal, yang belakangan sukses membentuk Timnas Futsal Indonesia yang berprestasi.

Model pembinaan ala Byer—yang dimulai sejak anak usia 2 hingga 6 tahun di lingkungan rumah—juga menjadi inspirasi. Namun, tantangan terbesar tetap pada reformasi sistem: mengembalikan sepak bola ke tangan profesional dan membebaskannya dari kepentingan politik.

Google search engine

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini