Realitanyanews, JAKARTA – Tak ada lagi apel merah yang memikat. Tak ada lagu burung yang menyambut pagi. Di dunia baru ini, Snow White bukan lagi gadis polos dalam kisah pengantar tidur—ia adalah sosok yang diburu, seorang wanita muda yang dipaksa bertahan hidup di tengah dunia yang berubah menjadi gelap dan tak kenal ampun.
The Death of Snow White adalah jawaban bagi mereka yang sudah lelah dengan cerita dongeng yang terlalu manis. Di tangan sutradara Jason Brooks, kisah klasik ini dibalik sepenuhnya: lebih mencekam, lebih brutal, dan jauh lebih nyata. Sanae Loutsis mengambil peran utama sebagai Snow White versi baru—seorang gadis yang melarikan diri dari ratu haus darah yang tak hanya iri, tapi juga terobsesi pada keabadian.
Di tengah pelariannya, Snow White bertemu dengan tujuh kurcaci yang tak seperti yang kita kenal. Mereka bukan penambang yang riang, melainkan pembunuh berdarah dingin yang hidup dalam bayang-bayang hutan. Dan di sinilah ketegangan mulai menguat. Pertarungan antara kebaikan dan kejahatan tak lagi sederhana, karena semua karakter dalam film ini hidup dalam zona abu-abu, dengan luka dan alasan masing-masing.
Film ini menyajikan atmosfer kelam dan sinematografi yang menggugah—memadukan efek praktis dan warna gelap yang mempertegas suasana horor dongeng modern. Chelsea Edmundson memerankan Ratu dengan intensitas tinggi, sementara Tristan Nokes sebagai pangeran menghadirkan sisi emosional yang menyentuh di tengah kekacauan.
Lebih dari sekadar horor fantasi, The Death of Snow White adalah eksplorasi tentang kekuasaan, balas dendam, dan keinginan untuk bertahan hidup. Ini bukan dongeng untuk anak-anak—melainkan refleksi gelap tentang betapa kerasnya dunia ketika mimpi berubah menjadi mimpi buruk.
Film ini dijadwalkan tayang pada 2025. Jika kamu ingin melihat Snow White dalam wujud yang belum pernah kamu bayangkan sebelumnya, saatnya bersiap.
Tonton trailer resminya dan temukan sendiri kenapa film ini menjadi perbincangan hangat para pencinta horor dan fantasi.
(MRF)