Beranda Nasional Kepala Badan Gizi Nasional Klarifikasi Pernyataan soal Gizi Timnas dan Dampaknya terhadap...

Kepala Badan Gizi Nasional Klarifikasi Pernyataan soal Gizi Timnas dan Dampaknya terhadap Performa

kepala Badan Gizi Nasional (BGN). Foto Dok Net

Realitanyanews, JAKARTA – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, memberikan penjelasan setelah pernyataannya terkait kesulitan timnas dalam meraih kemenangan karena masalah gizi menuai sorotan. Dadan pun memaparkan data statistik sebagai dasar dari pernyataannya tersebut.

Dadan merujuk pada data yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai rata-rata jumlah anggota rumah tangga pada penduduk miskin, kelas menengah, dan atas. Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anggota rumah tangga di kalangan penduduk miskin lebih banyak dibandingkan dengan kelas menengah dan atas.

"Saya berbicara tentang pola pertumbuhan penduduk Indonesia yang berdasarkan data ini. Hingga saat ini, penduduk Indonesia masih bertambah sekitar 6 orang per menit atau 3 juta per tahun, dan diperkirakan akan terus meningkat mencapai 324 juta pada tahun 2045. Jika melihat data tersebut, sumber pertambahan penduduk Indonesia lebih banyak berasal dari golongan miskin, bukan dari kelas menengah atau atas. Rata-rata anggota keluarga di kelas atas adalah 2,84 orang, sedangkan di kelas menengah 3,21 orang," ujar Dadan saat dihubungi pada Minggu (23/3/2025).

Dadan menjelaskan bahwa penduduk Indonesia yang akan tumbuh di masa depan sebagian besar berasal dari keluarga miskin, bukan dari keluarga kelas menengah atau atas. Saat ini, sekitar 60% anak-anak di Indonesia tidak memiliki akses terhadap makanan bergizi seimbang.

"Angka 2,84 berarti jika ada 100 keluarga kelas atas, maka 84 keluarga memiliki satu anak, dan 16 keluarga tidak memiliki anak sama sekali. Di sisi lain, angka 3,21 untuk kelas menengah menunjukkan bahwa dari 100 keluarga kelas menengah, 21 keluarga memiliki dua anak, sementara 79 keluarga hanya memiliki satu anak. Penduduk Indonesia akan bertumbuh lebih banyak dari keluarga miskin dan rentan miskin, dengan rata-rata anggota rumah tangga sebanyak 4,78 dan 4,34. Dengan data ini, tidak mengherankan jika 60% anak-anak di Indonesia tidak mendapatkan akses terhadap makanan bergizi seimbang," ungkapnya.

Dadan menambahkan, anak-anak yang tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup berisiko menjadi tenaga kerja produktif dengan kualitas yang rendah jika tidak ada intervensi dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka. Meski demikian, Dadan mengapresiasi perkembangan timnas Indonesia saat ini, yang menurutnya merupakan hasil dari pemenuhan gizi yang lebih baik.

"Jika hanya makan nasi, bala-bala, mie, bihun, kerupuk, dan kecap, serta 60% dari mereka tidak mengonsumsi susu karena keterbatasan ekonomi, maka mereka yang sekarang berada di kandungan, di Taman Kanak-Kanak (TK), SD, SMP, dan SMA 20 tahun lagi berpotensi menjadi tenaga kerja produktif dengan kualitas rendah. Jika tidak ada intervensi dari sekarang, mereka akan menjadi tenaga kerja yang fisiknya kurang optimal," jelas Dadan.
"Contohnya, jika bermain sepak bola, mereka akan kesulitan bertahan selama 90 menit. Namun, saya senang melihat bahwa PSSI kini telah menjanjikan perubahan, dengan 17 pemain timnas yang kini merupakan produk makanan bergizi. Meskipun kita belum mampu menang melawan Australia dan Jepang, saya percaya kita akan terus berkembang. Jepang, misalnya, telah mengonsumsi makanan bergizi selama 100 tahun, yang turut berperan dalam tingginya IQ rata-rata mereka. Selain berlatih keras, faktor IQ juga sangat penting dalam olahraga, termasuk sepak bola," tambahnya.

Sumber: Detik

Google search engine