
Realitanyanews, JABAR – Bursa kerja (job fair) yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi di Gedung Convention Center Presiden University, Jababeka, Cikarang Utara, berakhir ricuh. Ribuan pencari kerja yang memadati lokasi acara terlibat dalam aksi saling dorong hingga baku hantam, dipicu oleh sistem registrasi yang dinilai tidak efektif.
Sejak pagi hari, sekitar pukul 08.00 WIB, ribuan pencari kerja mulai memadati lokasi. Mereka datang sejak dini hari untuk mendapatkan antrean awal demi mengakses informasi lowongan pekerjaan. Namun, sistem pendaftaran yang mengandalkan pemindaian kode QR secara mandiri menimbulkan kepadatan dan kebingungan.
Kericuhan dipicu saat seorang panitia hendak menempelkan pamflet berisi QR code yang mengarahkan ke daftar lowongan kerja. Belum sempat ditempel, pamflet tersebut direbut oleh salah satu pencari kerja. Aksi tersebut memancing reaksi spontan dari peserta lain, yang langsung berebut mendekat. Suasana pun berubah menjadi kacau.
Antrean panjang dan ketidakteraturan menyebabkan ketegangan di antara para pelamar. Beberapa individu mulai mendorong satu sama lain, dan situasi memanas hingga terjadi perkelahian fisik di tengah kerumunan. Beberapa pencari kerja, terutama perempuan, dilaporkan pingsan akibat sesak napas dan tekanan massa. Petugas medis dikerahkan untuk memberikan penanganan darurat.
Job fair di Presiden University Hall Jababeka Cikarang Utara berakhir ricuh, pelamar tembus 25 ribu situasi tak terkendali. Negara ini sebenarnya tidak sedang baik-baik saja, angka PHK meningkat, jurang kesenjangan sosial tajam,pejabat senang memperkaya diri.🙌#Jobfair #Ricuh pic.twitter.com/vRNAG36ZqU
— Society Review (@SocReviewID) May 27, 2025
"Kericuhan itu gara-garanya panitia mau nempelin scan QR. Tiba-tiba ada salah satu pencari kerja yang merebut pamflet," ungkap Ridwan, salah satu peserta job fair asal Tambun Utara.
Ia menilai panitia kurang siap dalam mengelola acara sebesar ini.
“Kurang persiapan. Harusnya jangan di satu titik, bisa dibagi di beberapa tempat. Bayangkan saja, pengangguran se-Kabupaten Bekasi datang ke sini semua,” ujarnya.
Menurut data Pemkab Bekasi, sebanyak 25.000 pencari kerja hadir dalam acara tersebut untuk memperebutkan 2.517 lowongan dari 64 perusahaan. Jumlah peserta jauh melampaui ekspektasi panitia.
Bupati Bekasi, Ade Kuswara Kunang, menyatakan bahwa tingginya animo pencari kerja menjadi refleksi dari persoalan ketenagakerjaan yang dihadapi daerah.
“Terkait antusiasme ini, bukan sesuatu yang patut dibanggakan. Ini justru beban moral bagi kami. Kami hanya menyediakan 2.000 lebih lowongan, tapi yang datang 25.000,” kata Ade dalam konferensi pers, Selasa (27/5/2025).
Ade menegaskan akan menambah kuota lowongan kerja pada gelombang job fair berikutnya. Ia juga berencana mengajak lebih banyak perusahaan untuk berpartisipasi.
“Ada 7.000 perusahaan di Kabupaten Bekasi. Dengan jumlah penduduk 3,2 juta jiwa, harus ada kontribusi nyata dari dunia usaha,” tegasnya.
Ricuhnya pelaksanaan job fair ini menjadi cermin dari krisis ketenagakerjaan yang semakin nyata. Kurangnya perencanaan, buruknya sistem distribusi informasi, serta tingginya tekanan ekonomi menciptakan situasi yang mudah memicu konflik. Pemkab Bekasi didesak untuk tidak hanya menjadi penyelenggara acara, tetapi juga menjadi motor penggerak dalam menciptakan sistem ketenagakerjaan yang lebih adil, terstruktur, dan manusiawi.
Sumber: Komapas