Realitanyanews, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) kembali melancarkan sanksi berat terhadap Rusia, yang kali ini berpotensi memberikan dampak besar bagi China dan India, dua pembeli utama minyak Negeri Beruang Merah. Menurut laporan Reuters, Senin (13/1/2025), sanksi tersebut menyasar produsen minyak Rusia Gazprom Neft serta 183 kapal tanker yang digunakan untuk mengirimkan minyak.
Langkah ini bertujuan untuk memotong pendapatan Rusia, yang disebut-sebut digunakan untuk mendanai perang di Ukraina. Sebelumnya, sanksi Barat dan batasan harga yang diberlakukan oleh Kelompok Tujuh (G7) telah memaksa Rusia mengalihkan perdagangan minyaknya dari Eropa ke Asia, khususnya ke China dan India.
Namun, sanksi terbaru ini memperumit situasi. Sebanyak 143 kapal tanker yang mengangkut lebih dari 530 juta barel minyak mentah Rusia tahun lalu kini masuk daftar sanksi. Menurut analis Kpler, Matt Wright, sekitar 300 juta barel dari jumlah itu dikirim ke China, sementara sisanya ke India.
China dan India diperkirakan akan sangat terdampak oleh sanksi ini. Dua sumber perdagangan China yang menolak disebutkan namanya menyatakan bahwa sanksi ini dapat memaksa kilang minyak independen di Negeri Tirai Bambu memangkas produksi penyulingan.
Sanksi ini juga membuat harga minyak dunia melonjak. Brent Crude, misalnya, naik ke level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir, diperdagangkan di atas USD 81 (Rp 1,3 juta) per barel.
"Pengiriman minyak mentah Rusia ke China kemungkinan besar akan turun drastis," ujar seorang trader berbasis di Singapura.
Statistik menunjukkan bahwa selama 11 bulan pertama tahun lalu, impor minyak mentah Rusia di India meningkat 4,5% per tahun, menjadi 1,764 juta barel per hari. Di China, volume impor termasuk pasokan pipa naik 2%, mencapai 2,159 juta barel per hari.
Analis menyebutkan bahwa China dan India kemungkinan besar akan beralih ke pasar minyak patuh sanksi, seperti Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Serikat.
"Harga minyak jenis Timur Tengah sudah meningkat. Tidak ada pilihan lain kecuali membeli minyak dari wilayah ini," kata seorang sumber di India.
Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa sanksi terhadap perusahaan asuransi minyak Rusia dapat memaksa Moskow menawarkan minyak mentahnya dengan harga di bawah batas USD 60 per barel agar tetap kompetitif.
Sanksi ini juga memperkuat posisi negara-negara Timur Tengah sebagai pemasok utama minyak dunia. Menurut Harry Tchilinguirian dari Onyx Capital Group, “Kekuatan patokan Dubai akan meningkat karena permintaan minyak dari Oman dan Murban cenderung melonjak.”
Selain itu, pemerintahan AS terus memperketat pengawasan terhadap kapal yang menangani minyak mentah dari Iran, yang juga berada di bawah sanksi berat. Hal ini menyebabkan beberapa pelabuhan di China melarang masuknya kapal yang terkena sanksi, memaksa negara tersebut untuk mencari pasokan dari sumber lain, seperti Timur Tengah dan Kanada.
Langkah terbaru AS dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia tidak hanya memengaruhi Moskow, tetapi juga menimbulkan efek domino di Asia. China dan India kini menghadapi tantangan besar dalam menjaga pasokan energi mereka, sementara Timur Tengah dan negara-negara patuh sanksi lainnya diperkirakan akan diuntungkan dari pergeseran perdagangan ini.
Sumber: CNBCIndonesia