Beranda Internasional Gila! Gen Z Nepal Ubah Discord Jadi Parlemen, Pilih PM Baru Lewat...

Gila! Gen Z Nepal Ubah Discord Jadi Parlemen, Pilih PM Baru Lewat Voting Online

The Gen Z group protests against corruption and the ban on many social media platforms by the government in Nepal on Monday. Ambir Tolang/NurPhoto via Getty Images
The Gen Z group protests against corruption and the ban on many social media platforms by the government in Nepal on Monday. Ambir Tolang/NurPhoto via Getty Images

REALITANYANEWS, JAKARTA – Nepal tengah mengalami fenomena politik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Setelah larangan media sosial memicu protes besar hingga menggulingkan Perdana Menteri K. P. Oli, ribuan warga beralih ke Discord untuk berdiskusi, berdebat, bahkan melakukan pemungutan suara terkait masa depan negara.

Server Youths Against Corruption menjadi pusat pergerakan. Didirikan oleh aktivis muda Sudan Gurung, kanal ini dengan cepat berkembang hingga menampung lebih dari 143.000 anggota, mayoritas anak muda Gen Z. Diskusi yang berlangsung hampir lima jam pada 10 September 2025 itu diikuti secara langsung oleh sekitar 10.000 orang melalui YouTube.

Dalam voting terbuka di Discord, nama Sushila Karki, mantan Ketua Mahkamah Agung Nepal, terpilih sebagai calon perdana menteri interim dengan perolehan 3.833 suara atau 50 persen dari 7.713 suara. Ia mengungguli nama-nama lain seperti Sagar Dhakal, Harka Sampang, dan Mahabir Pun.

Keputusan komunitas virtual ini tidak berhenti di layar gawai. Tim perwakilan Gen Z bahkan menghubungi Karki langsung, serta mengutus Sudan Gurung untuk menyampaikan hasil voting kepada Presiden Ram Chandra Paudel dan Panglima Angkatan Darat Jenderal Ashok Raj Sigdel.

Namun, proses transisi politik ini juga diwarnai penolakan. Sebagian kelompok Gen Z menolak ajakan dialog yang melibatkan aktivis konservatif Durga Prasai dan Partai Rastriya Swatantra (RSP). Menurut mereka, langkah itu berisiko menggeser arah demokrasi ke tangan kelompok ekstrem.

“Pengorbanan gerakan Gen Z akan sia-sia jika keputusan jatuh ke kelompok konservatif. Kami hanya ingin pemimpin yang jujur dan menjaga demokrasi,” tegas Raksha Bam, salah satu aktivis muda, dikutip dari Setopati.

Tentara Nepal menyatakan hanya berperan sebagai fasilitator dalam proses dialog lintas pihak.

“Rencananya adalah duduk bersama semua pemangku kepentingan dan mencari solusi,” ujar Brigjen Rajaram Basnet.

Fenomena “Parlemen Virtual” di Discord ini menjadi bukti nyata bagaimana ruang obrolan daring bisa memainkan peran besar dalam transisi politik nasional—sebuah momen bersejarah yang menegaskan kekuatan Gen Z di Nepal.

Sumber: Metro

Google search engine

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini